Bandarlampung - Warga kawasan lindung Register 45 Kampung Moromoro
Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung meminta
pemerintah dapat menempatkan guru berstatus PNS.
"Kami punya guru tapi statusnya honorer, dan saat diangkat menjadi PNS tidak bersedia lagi mengajar di Moromoro karena khawatir mengajar di kawasan yang statusnya belum diakui negara akan menghambat karir," kata seorang guru bantu di kawasan tersebut, Ida, di Mesuji, Minggu.
Menurut dia, kondisi tersebut menyebabkan warga setempat susah sekali mendapatkan guru yang bersedia mengajar di sana, sehingga mengancam akses pendidikan bagi anak-anak di tempat tersebut.
"Bagaimana mau mengajar di sini, padahal tidak ada jaminan kesejahteraan, ancamannya kalau mau sejahtera tidak boleh mengajar di tempat ini, sebagai PNS mereka takut karirnya terancam," kata dia pula.
Ida menyampaikan, hal tersebut pernah terjadi pada beberapa guru honorer yang ditempatkan di SD di desa tersebut dan angkat kaki ketika ditetapkan menjadi PNS.
Akibatnya, saat ini warga asli yang peduli terpaksa menjadi guru bantu di desa tersebut, termasuk Ida.
Penyampaian Ida tersebut juga diungkapkan saat acara debat calon legislatif yang digelar oleh warga Moromoro secara swadaya di kawasan desa mereka.
Acara debat caleg tersebut terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi caleg DPRD Kabupaten Mesuji dan DPRD Provinsi Lampung, dengan durasi masing-masing mencapai tiga jam.
Ida menyampaikan hal tersebut dalam sesi debat caleg DPRD Kabupaten Mesuji periode 2014--2019.
Dalam sesi acara debat tersebut hadir tiga caleg dari Partai Gerindra, yaitu Iwan Setiawan dan Zainuddin, serta caleg PAN Agus Setio.
Acara debat caleg merupakan debat calon legislatif pertama di Lampung yang diinisiasi oleh warga, termasuk pendanaan operasionalnya.
Acara itu bertajuk Gerakan Pemilih Cerdas, Penyampaian Program Visi dan Misi Caleg.
Tema acara tersebut adalah "Menakar Program dan Komitmen Caleg Periode 2014--2019".
"Seratus persen dana dikumpulkan secara swadaya oleh warga dan tidak satu pun sumbangan dari pihak mana pun, apalagi caleg," kata Humas Persatuan Petani Moromoro Way Serdang (PPMWS) Eko Badai.
Acara tersebut merupakan ekspresi antusiasme warga terhadap pemenuhan hak politik mereka untuk memilih pada Pemilu 2014, setelah sekitar 10 tahun lamanya tidak memilih karena ketiadaan KTP akibat anggapan mereka tinggal di kawasan terlarang.
Menurut Eko, potensi dan kesadaran politik warga Moromoro sangat tinggi, dan suara mereka bisa menyumbang satu kursi bagi siapa pun calon legislatif yang berhasil meraih suara warga di daerah ini.
Terdapat sekitar 2.000-an pemilih yang berasal dari kawasan Register 45, Kampung Moromoro Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji di Lampung.
"Kami punya guru tapi statusnya honorer, dan saat diangkat menjadi PNS tidak bersedia lagi mengajar di Moromoro karena khawatir mengajar di kawasan yang statusnya belum diakui negara akan menghambat karir," kata seorang guru bantu di kawasan tersebut, Ida, di Mesuji, Minggu.
Menurut dia, kondisi tersebut menyebabkan warga setempat susah sekali mendapatkan guru yang bersedia mengajar di sana, sehingga mengancam akses pendidikan bagi anak-anak di tempat tersebut.
"Bagaimana mau mengajar di sini, padahal tidak ada jaminan kesejahteraan, ancamannya kalau mau sejahtera tidak boleh mengajar di tempat ini, sebagai PNS mereka takut karirnya terancam," kata dia pula.
Ida menyampaikan, hal tersebut pernah terjadi pada beberapa guru honorer yang ditempatkan di SD di desa tersebut dan angkat kaki ketika ditetapkan menjadi PNS.
Akibatnya, saat ini warga asli yang peduli terpaksa menjadi guru bantu di desa tersebut, termasuk Ida.
Penyampaian Ida tersebut juga diungkapkan saat acara debat calon legislatif yang digelar oleh warga Moromoro secara swadaya di kawasan desa mereka.
Acara debat caleg tersebut terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi caleg DPRD Kabupaten Mesuji dan DPRD Provinsi Lampung, dengan durasi masing-masing mencapai tiga jam.
Ida menyampaikan hal tersebut dalam sesi debat caleg DPRD Kabupaten Mesuji periode 2014--2019.
Dalam sesi acara debat tersebut hadir tiga caleg dari Partai Gerindra, yaitu Iwan Setiawan dan Zainuddin, serta caleg PAN Agus Setio.
Acara debat caleg merupakan debat calon legislatif pertama di Lampung yang diinisiasi oleh warga, termasuk pendanaan operasionalnya.
Acara itu bertajuk Gerakan Pemilih Cerdas, Penyampaian Program Visi dan Misi Caleg.
Tema acara tersebut adalah "Menakar Program dan Komitmen Caleg Periode 2014--2019".
"Seratus persen dana dikumpulkan secara swadaya oleh warga dan tidak satu pun sumbangan dari pihak mana pun, apalagi caleg," kata Humas Persatuan Petani Moromoro Way Serdang (PPMWS) Eko Badai.
Acara tersebut merupakan ekspresi antusiasme warga terhadap pemenuhan hak politik mereka untuk memilih pada Pemilu 2014, setelah sekitar 10 tahun lamanya tidak memilih karena ketiadaan KTP akibat anggapan mereka tinggal di kawasan terlarang.
Menurut Eko, potensi dan kesadaran politik warga Moromoro sangat tinggi, dan suara mereka bisa menyumbang satu kursi bagi siapa pun calon legislatif yang berhasil meraih suara warga di daerah ini.
Terdapat sekitar 2.000-an pemilih yang berasal dari kawasan Register 45, Kampung Moromoro Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji di Lampung.