Bandarlampung - Sejumlah konsumen warga Kota Bandarlampung mengeluhkan isi tabung elpiji yang berkurang setelah membeli dari pengecer maupun di stasiun pengisian bahan bakar umum.
"Biasanya pemakaian elpiji tabung tiga kilogram untuk konsumsi rumah tangga bisa hingga sepuluh hari. Tapi sekarang hanya seminggu," kata Yance (55) warga Telukbetung Utara di Bandarlampung, Sabtu.
Selain isi yang berkurang lanjutnya, harganya juga masih cukup tinggi di tingkat pengecer, yakni Rp19.000--Rp20.000 untuk elpiji tabung 3 kg.
Ia meminta pengecer maupun agen untuk menyediakan timbangan agar konsumen mengetahui berat tabungnya.
Sehingga menurut dia, konsumen tidak dirugikan untuk membeli elpiji baik tabung tiga kg maupun 12 kg.
Ia juga mengharapkan pengawasan oleh instansi terkait terhadap berat isi tabung maupun harganya di pasaran yang masih cukup tinggi.
Rita (40) warga Kemiling Bandarlampung mengatakan bahwa berkurangnya isi tabung elpiji bukan pada saat isu rencana kenaikan harganya beberapa waktu lalu, tapi sudah berlangsung lama.
Namun lanjut dia, saat ini berkurangnya isi bahan bakar gas itu lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
"Saya biasa menggunakan elpiji tabung tiga kg untuk sepuluh hingga 15 hari. Tapi sekarang seminggu sudah habis," katanya.
Karena itu, ia berharap PT Pertamina dan pemerintah melakukan pengawasan sehingga konsumen tidak dirugikan.
Ia juga meminta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) untuk mengecek pengecer maupun agen elpiji terhadap praktik curang tersebut dengan mengurangi isi gas.
Sementara itu, harga elpiji yang masih tinggi baik dalam tabung berisi 12 kilogram maupun tiga kilogram, meskipun kenaikannya sudah ditetapkan dikurangi hanya Rp1.000 per kg.
"Harga elpiji sekarang masih tinggi, padahal kemarin sudah ada edaran kenaikannya tidak terlalu tinggi," ujar F Ali, warga Jagabaya II di Bandarlampung.
Menurut dia, kenaikan harga bahan bakar gas itu yang tidak wajar beberapa hari lalu, seharusnya sudah dapat dianulir oleh PT Pertamina dan pemerintah sehingga tidak sampai berdampak menyusahkan masyarakat kecil.
"Agen-agen masih belum mau menurunkan harga penjualan elpiji, karena saat membelinya mereka masih menggunakan harga tinggi," kata dia lagi.
Ia melanjutkan, kondisi semacam ini biasanya banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, sehingga yang akan mengalami kerugian masyarakat miskin atau yang berpenghasilan pas-pasan.
"Masyarakat merasakan beban ekonomi yang sulit di awal tahun ini. Betapa tidak, harga elpiji 12 kg dijual mahal hingga mencapai Rp140.000 dan tabung tiga kg dijual Rp19.000 hingga Rp20.000 pada tingkat pengecer," tambahnya.
"Biasanya pemakaian elpiji tabung tiga kilogram untuk konsumsi rumah tangga bisa hingga sepuluh hari. Tapi sekarang hanya seminggu," kata Yance (55) warga Telukbetung Utara di Bandarlampung, Sabtu.
Selain isi yang berkurang lanjutnya, harganya juga masih cukup tinggi di tingkat pengecer, yakni Rp19.000--Rp20.000 untuk elpiji tabung 3 kg.
Ia meminta pengecer maupun agen untuk menyediakan timbangan agar konsumen mengetahui berat tabungnya.
Sehingga menurut dia, konsumen tidak dirugikan untuk membeli elpiji baik tabung tiga kg maupun 12 kg.
Ia juga mengharapkan pengawasan oleh instansi terkait terhadap berat isi tabung maupun harganya di pasaran yang masih cukup tinggi.
Rita (40) warga Kemiling Bandarlampung mengatakan bahwa berkurangnya isi tabung elpiji bukan pada saat isu rencana kenaikan harganya beberapa waktu lalu, tapi sudah berlangsung lama.
Namun lanjut dia, saat ini berkurangnya isi bahan bakar gas itu lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
"Saya biasa menggunakan elpiji tabung tiga kg untuk sepuluh hingga 15 hari. Tapi sekarang seminggu sudah habis," katanya.
Karena itu, ia berharap PT Pertamina dan pemerintah melakukan pengawasan sehingga konsumen tidak dirugikan.
Ia juga meminta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) untuk mengecek pengecer maupun agen elpiji terhadap praktik curang tersebut dengan mengurangi isi gas.
Sementara itu, harga elpiji yang masih tinggi baik dalam tabung berisi 12 kilogram maupun tiga kilogram, meskipun kenaikannya sudah ditetapkan dikurangi hanya Rp1.000 per kg.
"Harga elpiji sekarang masih tinggi, padahal kemarin sudah ada edaran kenaikannya tidak terlalu tinggi," ujar F Ali, warga Jagabaya II di Bandarlampung.
Menurut dia, kenaikan harga bahan bakar gas itu yang tidak wajar beberapa hari lalu, seharusnya sudah dapat dianulir oleh PT Pertamina dan pemerintah sehingga tidak sampai berdampak menyusahkan masyarakat kecil.
"Agen-agen masih belum mau menurunkan harga penjualan elpiji, karena saat membelinya mereka masih menggunakan harga tinggi," kata dia lagi.
Ia melanjutkan, kondisi semacam ini biasanya banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, sehingga yang akan mengalami kerugian masyarakat miskin atau yang berpenghasilan pas-pasan.
"Masyarakat merasakan beban ekonomi yang sulit di awal tahun ini. Betapa tidak, harga elpiji 12 kg dijual mahal hingga mencapai Rp140.000 dan tabung tiga kg dijual Rp19.000 hingga Rp20.000 pada tingkat pengecer," tambahnya.