![]() |
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, Gino Vanollie. (Foto ANTARA/Gatot Arifianto) |
Waykanan, Lampung - Semua pihak harus berkomitmen membawa anak-anak ke sekolah untuk mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya demi masa depan mereka yang lebih baik, juga masa depan bangsa dan negara, ujar Kepala Dinas Pendidikan Waykanan, Provinsi Lampung Gino Vanollie.
Pemerintah Kabupaten Waykanan di bawah kepemimpinan Bupati Bustami Zainudin dan Wakil Bupati Raden Nasution Husin, menurut Gino di Blambanganumpu, seperti dilansir Antara, Selasa, telah menjalankan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun dalam upaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK dengan memberikan bantuan operasional sekolah yang bersumber dari APBD setempat.
"Kebijakan ini sangat berdampak positif bagi masyarakat dan anak-anak," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Waykanan berkaitan peringatan Hari Anak tahun 2013.
Berdasarkan data dari sisi kelembagaan maupun peserta didik yang berpartisipasi dalam pendidikan pada semua jenjang, baik pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, SMP dan SMA/SMK sederajat menunjukkan semakin besar minat warga untuk sekolah.
Sebagai contoh, katanya, pada tahun 2010, angka pelajar SD yang putus sekolah (DO) sebanyak 0,25 persen, tahun 2011 bisa ditekan menjadi 0,20 persen, dan pelajar SMP dari 0,40 persen turun menjadi 0,37 persen, kemudian pelajar SMA/SMK dari 0,32 turun menjadi 0,29 persen.
Pemkab Waykanan juga berupaya meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, antara lain dengan pembinaan terhadap peningkatan mutu dan perluasan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam upaya meningkatkan APK PAUD menjadi 65 persen.
"Didukung masyarakat yang semakin menyadari arti penting dari pendidikan, angka partisipasi sekolah bisa meningkat dengan sangat signifikan," kata Gino lagi.
Namun, ujar dia menambahkan, upaya yang dilakukan untuk pembangunan sumber daya manusia melalui anak-anak masih harus terus mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, sehingga Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun benar-benar bermakna.
"Targetnya tidak ada lagi anak usia sekolah yang tidak bersekolah, karena sejatinya tidak ada alasan untuk tidak sekolah dengan berbagai kebijakan dan kemudahan bagi anak-anak untuk menempuh pendidikan yang seharusnya mereka jalankan," demikian Gino Vanollie.
Pemerintah Kabupaten Waykanan di bawah kepemimpinan Bupati Bustami Zainudin dan Wakil Bupati Raden Nasution Husin, menurut Gino di Blambanganumpu, seperti dilansir Antara, Selasa, telah menjalankan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun dalam upaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK dengan memberikan bantuan operasional sekolah yang bersumber dari APBD setempat.
"Kebijakan ini sangat berdampak positif bagi masyarakat dan anak-anak," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Waykanan berkaitan peringatan Hari Anak tahun 2013.
Berdasarkan data dari sisi kelembagaan maupun peserta didik yang berpartisipasi dalam pendidikan pada semua jenjang, baik pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, SMP dan SMA/SMK sederajat menunjukkan semakin besar minat warga untuk sekolah.
Sebagai contoh, katanya, pada tahun 2010, angka pelajar SD yang putus sekolah (DO) sebanyak 0,25 persen, tahun 2011 bisa ditekan menjadi 0,20 persen, dan pelajar SMP dari 0,40 persen turun menjadi 0,37 persen, kemudian pelajar SMA/SMK dari 0,32 turun menjadi 0,29 persen.
Pemkab Waykanan juga berupaya meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, antara lain dengan pembinaan terhadap peningkatan mutu dan perluasan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam upaya meningkatkan APK PAUD menjadi 65 persen.
"Didukung masyarakat yang semakin menyadari arti penting dari pendidikan, angka partisipasi sekolah bisa meningkat dengan sangat signifikan," kata Gino lagi.
Namun, ujar dia menambahkan, upaya yang dilakukan untuk pembangunan sumber daya manusia melalui anak-anak masih harus terus mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, sehingga Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun benar-benar bermakna.
"Targetnya tidak ada lagi anak usia sekolah yang tidak bersekolah, karena sejatinya tidak ada alasan untuk tidak sekolah dengan berbagai kebijakan dan kemudahan bagi anak-anak untuk menempuh pendidikan yang seharusnya mereka jalankan," demikian Gino Vanollie.